SITUS JUDI BOLA ONLINE

SEX ONLINE

POKER ONLINE

POKER ONLINE

Rinduku Yang Terpendam

Judul Cerpen Rinduku Yang Terpendam

Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Cinta Sedih
POKER
Perasaan ini telah kupendam cukup lama. Sejak pertama bertemu dengannya hingga kini aku tak tau dia berada dimana dan apa yang dia lakukan. Sudah hampir setengah tahun ini aku tak melihatnya bahkan bayangannya sekalipun. Dia seperti hilang ditelan bumi, saat kucoba menemuinya di tempat yang biasa ia kunjungi, dia ternyata sudah tak pernah mengunjungi tempat itu, info itu kuperoleh dari beberapa orang yang biasa melihatnya di tempat itu.
“Kanya, kamu udah siap belum?” teriakan mama membuyarkan lamunanku. “U..u.. udah ma,” jawabku seraya bergegas mengambil ponsel dan tasku lalu keluar dari kamar untuk menemui mama yang telah menunggu. Mama ternyata sudah berpakaian rapi, baju merah marun, celana panjang coklat berbahan kain dan sepatu coklat andalannya tak ketinggalan untuk mempercantik mamaku hari ini. “Kamu kok lama banget sih siap-siapnya..?” tanya mama yang sepertinya sudah mulai marah karena keterlambatanku. “Emang kita mau kemana sih Ma.?” Aku balik bertanya. “Udah kamu ikut aja, nanti kamu juga tau kok kita mau kemana.” Mama langsung menarik tanganku dan membawaku dengan mobilnya.
Kini kami telah berada di sebuah area pemakaman yang cukup luas. Tempatnya cukup ramai, maklum saja sekarang ini sudah mendekati bulan Ramadhan banyak pengunjung yang datang untuk nyekar dan mendoakan sanak saudara mereka yang dimakamkan di sini. “Cepet Aya… kamu tuh, kalau jalan gak bisa cepet yah…” lagi-lagi hanya omelan yang keluar dari mulut mama. Jujur aku kesal karena aku tak tau untuk apa kami kesini tapi dari tadi di rumah hingga disini aku terus diomeli. Setelah melihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul di sebuah makam mama lagi-lagi menarik tanganku untuk menuju ke kumpulan orang-orang itu. Sepertinya mama kenal dengan orang-orang itu, saat sampai di makam itu mama langsung meminta maaf atas keterlambatan kami lalu kami pun mulai mendaraska doa-doa untuk orang yang berada dalam makam itu.

Aku masih tetap bertanya-tanya dimanakah dia? Apa dia tau aku selalu memperhatikannya? dan apa karena dia tau makanya dia menghindariku? Atau terjadi sesuatu padanya sehingga membuat dia menghilang?. Hmmpf… aku mungkin harus pasrah dan berdoa segala yang terbaik untuk dia. Tapi aku juga yakin suatu saat nanti aku akan bisa bertemu dengan dirinya lagi.
“Hari ini kamu libur kan?” tanya mama saat aku baru saja mau menyantap roti dengan selai nanas yang menjadi sarapan favoritku. Aku hanya mengangguk dan kembali menyantap roti yang sedang kupegang. “Yah udah, kalau begitu kamu jaga rumah papa sama mama mau keluar. Mungkin nanti agak sorean baru pulang.” Kali ini papa yang ikut bicara, sepertinya mereka akan mengunjungi kerabat kami. Aku tak berharap untuk diajak, aku masih sangat ngantuk akibat menonton pertandingan bola tim favoritku Real Madrid. Setelah orangtuaku pergi, aku kembali ke kamar untuk mandi dan kemudian tidur kembali.
Waktu telah menunjukkan pukul 10.30 saat aku sampai di kampus. Aku memang tak perlu pergi pagi-pagi ke kampus karena aku adalah mahasiswa tingkat akhir yang diakhir semester nanti akan diwisuda. Sekarang aku ke kampus hanya untuk memasukkan berkas-berkas yang menjadi persyaratan untuk wisuda nanti. Selain itu, aku juga harus mempersiapkan laporan pertanggug jawaban yang akan aku laporkan nanti dikarenakan aku adalah ketua HMJ di jurusanku. “Ayo.. ngelamunin apa sih? Serius banget..” Tami sahabat terbaikku tiba-tiba datang dan mengagetkan aku. Sudah sejak awal kuliah dia menjadi temanku. Bahkan hanya dia yang tau kalau aku mengagumi “dia” si pria yang kini telah menghilang entah kemana. “Elo apa-apaan sih? Bikin jantungan aja, nanti kalau gue ko’it gimana? Mau loe tanggung jawab?.” aku sengaja mengelak dari pertanyaan Tami, sebab dia pasti sudah tau apa yang selalu menjadi bahan lamunanku. Tami juga akhir-akhir ini sering membantuku mencari informasi tentang pria idolaku itu. “Loe masih mikirin tuh cowok? gak bosen apa? tiap hari ngelamun.. aja, awas loh nanti loe kesambet setan jatuh cinta.” nasihat Tami yang sekaligus meledekku. Aku tak bisa membalasnya, sebab Tami memang benar kecuali soal kesambet setan jatuh cinta.
Hari wisuda pun tiba, akhirnya aku bisa menjadi seorang sarjana seperti cita-citaku. Setauku hari ini dia juga diwisuda karena dari informasi pernah kudapat dia juga telah menyelesaikan tugas skripsinya dan siap untuk diwisuda. Namun lagi-lagi aneh, dari awal acara wisuda hingga akhir acara, namanya tak sekalipun dipanggil untuk pemindahan tali toga oleh rektor. Banyak pertanyaan kembali menyelimuti kepalaku, kali ini alasan apa lagi yang membuat dia menghilang? aku benar-benar bingung. Aku heran, apa ada? orang yang telah membuang uang dan waktu yang banyak untuk belajar dan berkuliah tapi disaat hari wisudanya malah tidak hadir. Tapi aku tetap hanya bisa berpasrah dan membiarkan semua pertanyaan ini tersimpan dan mungkin suatu saat nanti akan terjawab.
Gema takbir mulai berkumandang. Para orang tua, anak-anak, laki-laki dan perempuan berbondong-bondong berkeliling, bertakbir dan sembari menanti datangnya kemenangan di esok hari. Jam 07.00, aku, mama, dan papa sudah berada di masjid dekat kompleks rumah kami untuk menjalankan sholat Ied. “Allhamdulilah.. akhirnya masih bisa merayakan lebaran ya Ma,” papa mulai membuka pembicaraan kami saat kami baru sampai di rumah sepulang dari masjid. “Iya Pa, bersyukur banget masih bisa ketemu ketupat sama opor ayam lebaran tahun ini,” sambungku yang langsung disambut dengan tertawaan papa dan mama. “kamu tuh, makanan aja yang diinget..,” kata mama sambil mengelus kepalaku. “Oh ya Pa, kita jadi kan nyekar ke makam anaknya Mas Surya,?” tanya mama pada papa yang sekaligus membuat aku juga bertanya-tanya dalam hati. Apa makam yang mama maksud adalah makam yang tempo hari kami kunjungi? dan apa hubungan mama dan papa dengan orang yang mereka panggil Mas Surya itu? Kenapa kami harus ikut nyekat ke makam anaknya?. “Ya jadilah Ma, kan kita udah janji sama Mas Surya dan Mba Reni masa kita gak pergi, nantikan jadi gak enak.” jawab papa.

Sekarang kami telah berada dimakam yang aku dan mama kunjungi tempo hari. Keberadaan kami ini pun sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Aku juga sudah tau siapa Om Surya dan kenapa kami harus ikut dalam nyekar ini. Tapi yang membuat aku masih penasaran adalah siapa anak Om Surya? yang katanya meninggal sekitar 3 bulan yang lalu akibat kanker darah itu dan yang lebih kasihan lagi kata Om Surya anaknya yang seharusnya sudah menjadi sarjana kedokteran terpaksa tak melanjutkan pendidikan yang tinggal beberapa bulan karena sakitnya itu, aku memang tak bisa melihat nisan makam itu dengan jelas karena walau usiaku sudah menginjak 22 tahun tinggiku tak lebih dari 155 cm dan posisi orang-orang disini yang tengah berdiri membuatku semakin sulit untuk melihat nisan itu. “Kita ke rumahku dulu yah De Danu, sekalian silaturahmi.” ajak Om Surya pada papa saat selesai berdoa dan papa pun mengangguk tanda bahwa ia setuju.
Aku pun mendapat kesempatan untuk melihat nisan makam itu. Aku tersentak, seluruh tubuhku terasa lemah, aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Nisan makam itu bertuliskan nama ANDRA PERMANA BIN SURYA PERMANA. Air mataku tak dapat kutahan, aku tak percaya dia yang selama ini aku rindukan, dia yang selama ini aku kagumi walau dalam diam, ternyata adalah dia yang kini telah terbujur dan terkubur didalam makam ini. Aku jelas langsung tau itu dia sebab, kami sama-sama kuliah di jurusan kedokteran tapi di kelas yang berbeda. Apalagi dengan statusku yang mantan ketua HMJ tentu aku mengenal semua mahasiswa yang sejurusan denganku. Aku tak menyangka Andra yang aku rindukan selama ini akan kutemui dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang benar-benar menyedihkan untukku. Dan kali ini aku kembali harus mencoba berpasrah dan merelakan semuanya. Aku pun hanya bisa berdoa semoga dia, cinta dalam diamku itu mendapat tempat yang tenang di surga sana.

0 komentar: