Pudding Coklat Buat Abang Ku
06.26
CERPEN
0
komentar
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Penantian
Seminggu menjelang tahun baru, perasaan gadis berusia 21 tahun sedang dilanda rasa gembira, karena Hana akan bertemu dengan Bang Randy senior pujaannya yang baru pulang dari kota apel. Hana sangat mengagumi beliau saat pertemuan pertamannya lima bulan yang lalu. Sosok Bang Randy yang memukau membuat Hana tak mau memalingkan wajahnya saat mereka bertemu malam itu. Badan tinggi tegap dan lesung pipit yang terukir di wajahnya, menjadi daftar alasan Hana mengaguminya. Sejenak Hana melayangkan pikiran, berharap dia bisa mendampinginya. Ah… namun itu hanyalah sebuah harapan yang terkemas dalam mimpi. Tertegun dalam lamunan terpecahkan oleh bunyi ponsel yang tergeletak, terlihat nama pemuda yang hadir dalam angannya memanggil
“Hallo… selamat siang Bang” Sapa Hana di telepon itu
“Siang juga dek, apa kabar?”
“alhamdulilah Baik, abang sendiri?”
“Abang juga baik, oh iya seminggu lagi abang pulang, don’t forget buatkan pudding coklat untuk abang ya…” pintanya serius
“oke! Siap komandan, he..he..he..” sedikit canda terucap dari bibir Hana
“Ah, adek ini bisa saja, he..he..! oke! Nanti kita bertemu.”
“Hallo… selamat siang Bang” Sapa Hana di telepon itu
“Siang juga dek, apa kabar?”
“alhamdulilah Baik, abang sendiri?”
“Abang juga baik, oh iya seminggu lagi abang pulang, don’t forget buatkan pudding coklat untuk abang ya…” pintanya serius
“oke! Siap komandan, he..he..he..” sedikit canda terucap dari bibir Hana
“Ah, adek ini bisa saja, he..he..! oke! Nanti kita bertemu.”
Percakapan Hana dengannya sudah berakhir, akan tetapi kerinduan itu terus menggerutu dalam hatinya. Waktu seminggu terasa lama, yang hari ini baru menginjak hari selasa. Rasa tidak sabar menjadi kawan hari-harinya untuk segera bertemu dengan tuan sang pemilik lesung pipit.
“uh..! lama banget ke hari minggu” ujar Hana seraya merapihkan rambut depan cermin yang terpampang di dinding kamar kosannya.
“uh..! lama banget ke hari minggu” ujar Hana seraya merapihkan rambut depan cermin yang terpampang di dinding kamar kosannya.
Hari ini Hana berangkat kuliah siang, sehingga ada waktu untuk membereskan pakaiannya. Sekilas teringat bahwa empat hari lagi dia akan bertemu dengan Bang Randy, dia bergegas memilih baju-baju untuk dipakai saat bertemu dengannya. Dres cantik berwarna ungu dengan balutan pita di pinggang dan kerudung bunga-bunga berkain sipon menjadi pilihannya. Dia ingin segera memakainya dan memberikan penampilan terbaiknya di depan senior pujaannya itu. Dua hari lagi bang Randy akan pulang, tetapi tidak ada kabar lagi kalau dia benar akan pulang, kegelisahan sedikit menerpa hati Hana
“Hana! Jangan terlalu berharap banget deh! dia kenalanmu bukan pacarmu.” Ucap Hana pada dirinya sendiri.
“Hana! Jangan terlalu berharap banget deh! dia kenalanmu bukan pacarmu.” Ucap Hana pada dirinya sendiri.
Lagi-lagi bunyi ponsel yang menjadi pemecah kerinduannya, pesan singkat yang terpampang di layar yang tertimbun oleh tumpukan baju yang belum disetrika, membuat Hana bertanya siapakah dia? Terlihat wajah ceria saat pesan singkat itu dibukannya
“Mikum. dek abang pulang hari sabtu, dan kemungkinan tiba di sana minggu pagi.” Kabar yang bang Randy kirimkan untuk Hana
Tidak menunggu waktu lama Hana segera membalas pesan singkat itu
“kumsalam. Oke bang hati-hati, don’t forget oleh-olehnya yaa he..he..!” candanya pada pesan singkat yang dikirimkan
“oke! Tapi jangan lupa juga pudding cokalatnya untuk abang.” Seakan bang Randi ingin mengingatkan kembali pesanannya itu takala mereka bertemu nanti.
Pesan singkatnya tak lagi Hana balas, karena dia harus segera bersiap untuk berangkat ke kampus, hari ini mata kuliah sintaksis yang dosennya tak bersahabat dan tak ada senyum di bibirnya. Hana baru menginjak semester satu dan tak heran jika karakternya masih tampak seperti anak SMA yang sedikit ingin dimanja. Sedangkan Bang Randy sudah menginjak semester dua di pendidikan militer, jadi sikap disiplinya itu tampak yang membuat Hana terus mengagumi beliau.
“Mikum. dek abang pulang hari sabtu, dan kemungkinan tiba di sana minggu pagi.” Kabar yang bang Randy kirimkan untuk Hana
Tidak menunggu waktu lama Hana segera membalas pesan singkat itu
“kumsalam. Oke bang hati-hati, don’t forget oleh-olehnya yaa he..he..!” candanya pada pesan singkat yang dikirimkan
“oke! Tapi jangan lupa juga pudding cokalatnya untuk abang.” Seakan bang Randi ingin mengingatkan kembali pesanannya itu takala mereka bertemu nanti.
Pesan singkatnya tak lagi Hana balas, karena dia harus segera bersiap untuk berangkat ke kampus, hari ini mata kuliah sintaksis yang dosennya tak bersahabat dan tak ada senyum di bibirnya. Hana baru menginjak semester satu dan tak heran jika karakternya masih tampak seperti anak SMA yang sedikit ingin dimanja. Sedangkan Bang Randy sudah menginjak semester dua di pendidikan militer, jadi sikap disiplinya itu tampak yang membuat Hana terus mengagumi beliau.
Di kampus dia bertemu dengan sahabatnya Febby, wajah ceria yang terpancar membuat febby bertanya padanya
“Hey! Tumben wajahmu ceria begitu, ada apa non?” seraya memandang Hana yang duduk setia di kursi menanti kedatangan Dosen
“tidak ada apa-apa, kan setiap hari juga ceria beb… hehe!
Febby sedikit penasaran melihat kelakuan sahabatnya itu
“ah! Biasanya kamu tak begitu, aku perhatikan kamu senyum-senyum sendiri, sepertinya bahagia banget.”
“iya dong senang banget kan mau bertemu bang Randy hari minggu” Hana spontan mengucapkan hal itu pada febby
“ha..ha..ha.. ketauan juga, mangkanya kalau lagi bahagia bilang-bilang dong! Jangan lagi sedih baru cerita” febby meledeknya.
“upzz!! Keceplosan!”
Kedua sahabat itu tertawa lepas di ruang kelas seraya menunggu Dosen yang tak kunjung tiba. Terdengar suara pentopel menaiki anak tangga di lantai tiga gedung A, terlihat Sondi yang sedikit berlari dari lorong lobi
“huss! Jangan berisik Dosen tanpa senyum itu datang.”
“Hey! Tumben wajahmu ceria begitu, ada apa non?” seraya memandang Hana yang duduk setia di kursi menanti kedatangan Dosen
“tidak ada apa-apa, kan setiap hari juga ceria beb… hehe!
Febby sedikit penasaran melihat kelakuan sahabatnya itu
“ah! Biasanya kamu tak begitu, aku perhatikan kamu senyum-senyum sendiri, sepertinya bahagia banget.”
“iya dong senang banget kan mau bertemu bang Randy hari minggu” Hana spontan mengucapkan hal itu pada febby
“ha..ha..ha.. ketauan juga, mangkanya kalau lagi bahagia bilang-bilang dong! Jangan lagi sedih baru cerita” febby meledeknya.
“upzz!! Keceplosan!”
Kedua sahabat itu tertawa lepas di ruang kelas seraya menunggu Dosen yang tak kunjung tiba. Terdengar suara pentopel menaiki anak tangga di lantai tiga gedung A, terlihat Sondi yang sedikit berlari dari lorong lobi
“huss! Jangan berisik Dosen tanpa senyum itu datang.”
Semua Mahasiswa sudah duduk rapih, tampak suasana sepi, hanya ada satu suara dari balik pintu ucapan salam darinya. Seperti biasa, tiap pelajaran sintaksis Hana dan Febby tidak memilih deretan kursi paling depan, malas melihat wajahnya terlalu dekat, karena dia membandrol harga senyumnya melebihi harga emas antam di pasaran, Mahal. Sorak sorai terdengan dalam kelas ketika Dosen meninggalkan ruangan, tanda perkuliahan sudah selesai. Satu persatu dari 35 Mahasiswa bergegas meninggalkan ruangan, terlihat Hana dan Febby yang asyik melanjutkan perbincangan seputar senior pujaannya yang akan dia temui. Tawa riang terus membawa mereka hingga tiba di kantin favoritnya
“Bu, Ayam bakar plus Cumi bakar ya, minumnya es the manis seperti biasa.” Pinta Hana pada pemilik kantin itu.
“kalau Febby pesan apa?” ujar Bu Emi yang sedang menaru nasi di meja pengunjung yang lain
“emmmm.. apa ya?” Febby masih bingun menu apa yang akan dia pesan.
“Bu, aku pesan soto daging dan minumnya jus jeruk.” Pinta Febby
“kalau Febby pesan apa?” ujar Bu Emi yang sedang menaru nasi di meja pengunjung yang lain
“emmmm.. apa ya?” Febby masih bingun menu apa yang akan dia pesan.
“Bu, aku pesan soto daging dan minumnya jus jeruk.” Pinta Febby
Pesanan makanan belum juga datang, kedua sahabat itu sedang asyik memainkan ponselnya. Tidak ketinggalan Hana selalu membuka akun sosial kesayangannya, Facebook. Updatean status ditulisnya
“Makan karo Ayam bakar plus Cumi bakar maknyossss…!!!”
“Makan karo Ayam bakar plus Cumi bakar maknyossss…!!!”
Tidak menunggu waktu lama pesanan makanan itu datang, dengan lahap mereka menyantapnya. Diletakannya ponsel dengan akun yang masih online, tampak sebuah komentar dari bang Randy pada status yang ditulis Hana.
“wess! Enak nih, Bagi-bagi dong…! Adek lagi di mana?”
Komentarnya belum sempat Hana balas, tampak jejaring sosial milik Bang Randy offline. bergegas Hana menghabiskan makananya untuk segera membalas komentar bang Randy, berharap nanti dia membacanya
“kalau mau cepat pulang bang… adek lagi di kampus”
Komentar yang Hana kirimkan nampak tak ada balasan, akun miliknya sudah benar-benar offline bukan karena jaringan konektivitas yang error. Tetapi Hana tidak merasa kecewa meski bang Randy tak membacanya, karena tinggal dua hari lagi dia bisa bertemu dengan si pemilik lesung pipit itu.
“wess! Enak nih, Bagi-bagi dong…! Adek lagi di mana?”
Komentarnya belum sempat Hana balas, tampak jejaring sosial milik Bang Randy offline. bergegas Hana menghabiskan makananya untuk segera membalas komentar bang Randy, berharap nanti dia membacanya
“kalau mau cepat pulang bang… adek lagi di kampus”
Komentar yang Hana kirimkan nampak tak ada balasan, akun miliknya sudah benar-benar offline bukan karena jaringan konektivitas yang error. Tetapi Hana tidak merasa kecewa meski bang Randy tak membacanya, karena tinggal dua hari lagi dia bisa bertemu dengan si pemilik lesung pipit itu.
Hari sudah menjelang sore, Hana dan Febby harus berpisan, karena bus yang akan menbawa Febby pulang sudah datang. Lambaian tangan Hana berikan sebagai tanda perpisahan
“Hati-hati ya beb, jangan lupa kirimkan pesan jika sudah sampai” pinta Hana pada Sahabatnya
“oke! Jangan lupa ceritanya hari senin ya…!” ucap Febby yang terus menaiki anak tangga di pintu Bus.
“Hati-hati ya beb, jangan lupa kirimkan pesan jika sudah sampai” pinta Hana pada Sahabatnya
“oke! Jangan lupa ceritanya hari senin ya…!” ucap Febby yang terus menaiki anak tangga di pintu Bus.
Sahabatnya sudah pergi, tinggalah dia seorang diri melenggangkan kaki menuju rumah kosnya, melewati trotoar depan kampus yang sesak dengan pedagang kaki lima dan tampak kumuh dipandangnya. Tidak tersa hari sabtu akan segera tiba, dan bang Randy akan segera pulang. Perasaan Hana semakin tak karuan, karena ini adalah pertemuan kedua dengannya, sedikit rasa rindu tertoreh dalam hati Hana, meski Bang Randy bukan pacar sesungguhnya. Tetapi Hana tidak peduli, hanya menyimpan harap waktulah yang akan menjawab. Mengingat waktu kedatangannya yang sudah di depan mata, dia segera bergegas ke alfamart untuk membeli bahan pudding kesukaannya. Dua buah bahan pudding siap saji dibelinya untuk memenuhi permintaan bang Randy tempo hari.
Hari menunjukan sabtu malam, tampak bang Randy sedang dalam perjalanan, hal itu terlihat dari status yang ditulisnya 35 menit yang lalu. Angkutan umum dengan ban besi membawanya pulang menuju kota tanah jawara. Rasa gembira terus mengitari hati Hana, karena besok malam dia akan datang menjenguk, seraya menikmati pudding coklat buatanya. Malam ini tak seperti biasanya, Hana sulit untuk memejamkan mata, selintas dia ingin mengirimkan pesan singkat pada bang Randy, tapi niat itu dia batalkan karena takut mengganggu waktu perjalanannya. Semakin malam mata Hana sudah mulai tak bisa di ajak bercanda, direbahkan tubuhnya di samping boneka mickey mouse kesayangannya dan dia terlelap dalam tidurnya. Detak jarum arloji membangunkan dan waktu sudah menunjukan pukul 05.00 pagi, tak lupa dia melaksanakan kewajibannya selaku mahluk Tuhan yang tak berdaya. Matahari pagi dengan indahnya bersinar, Hana mencoba menggerakan tubuhnya dengan ditemani alunan lagu erobik kesukaannya. Bernyayi gembira karena dia akan segera berjumpa dengan orang yang dinantinya selama seminggu.
Jarum arloji sudah menunjuka pukul 17.20 Wib, pudding coklat sudah tersaji di atas cetakan lucu yang dibeli Hana tempo hari. Senja perlahan tenggelam perasaan Hana mulai tak karuan menanti kabar dari orang yang berjanji untuk datang, jam tangan yang melekat di tanganya menjadi saksi kerinduan padanya. sudah menunjukan pukul 20.15 Wib kabar belum juga dia dapat, padahal bang Randy selalu tepat dengan janji yang dibuatnya. Hana yang tampak gelisah terus memegang ponsel berharap segera ada kabar darinya, dan dia terus meperhatikan detak jarum jam yang melekat di tangannya.
Pukul 21.25 Wib kabar itu tak kunjung Hana dapatkan, sedikit rasa kecewa bersemayam di benaknya. Hati Hana yang sudah tak mau berharap banyak padanya sedikit terobati oleh bunyi dari ponsel yang digenggam, terlihat nomor milik bang Randy memanggil, dengan rasa gembira dan gugup Hana mengangkat telepon itu
“Hallo, Asalamualaikum, selamat malam bang” sapa Hana dengan sopan
“Walaikumsalam. Malam juga dek. Oh iya maaf abang tidak bisa datang, badannya lagi kurang fit”
“owh, abang sakit?” Tanya Hana dengan kecewa
“Iya” jawaban singkat diberikannya
“Walaikumsalam. Malam juga dek. Oh iya maaf abang tidak bisa datang, badannya lagi kurang fit”
“owh, abang sakit?” Tanya Hana dengan kecewa
“Iya” jawaban singkat diberikannya
Setelah percakapan via telepon berakhir, dalam hati Hana masih ada yang janggal, tak biasanya bang Randy berkata singkat seperti itu, dari suara yang dia dengar tidak terlihat tanda-tanda kalau seniornya itu sakit, hanya bising kendaraan dan seucap kata perempuan yang dia dengar dari balik telepon itu. Ah mungkin itu hanya sebuah alasan untuk tidak menemui Hana yang setia menanti kedatangannya. Diraihnya pudding coklat yang tertata cantik dalam cetakan dipandanginnya dengan penuh rasa kecewa lalu dilemparakannya, sehingga tidak lama terlihat segerombolan semut dengan lahap menggrogotinya.
“Aku Rindu, Aku Kecewa dan Aku benci pada diriku sendiri karena dengan mudah mengalihkan hati dan jiwaku untuk terus berharap pada pelangi yang hadir sekejap lalu pergi. Bodoh!!!”
0 komentar: